Saya jadi teringat waktu Don Corleone “dalam film: god father” yang tidak pernah menolak permintaan tolong dari seorang teman, dan sebagai timbal balik dia meminta jaminan “service” atau layanan dari teman yang meminta pertolongan tersebut. Tetapi ketika seorang Cicilia (negeri asal dari Don Vito Corleone) datang meminta pertolongan membalaskan dendam bagi putrinya yang diperkosa berandal, bahkan sanggup membayar berapapun yang Don Vito Corleone minta untuk bisa membalaskan sakit hatinya, The God Father malah menolak. Dengan alasan yang sepertinya tidak masuk di akal.
Orang tersebut tidak pernah menyambangi God Father, tidak pernah mengundang makan, tidak pernah mengirim bunga, dan hanya mau datang ketika butuh pertolongan. Lalu ditanyakan oleh God Father tersebut, apakah kau takut berhadapan dengan kesulitan jika berteman denganku? Apakah kau merasa rendah jika berteman denganku?
Mengirim bunga, mengundang makan, atau sekedar bertamu, yang mungkin oleh kita dikenal sebagai bersilaturahmi, terlihat sebagai perkara yang sangat ringan, akan tetapi tidak begitu bagi brotherhood “mafia” Cicillia di Amerika.
Dalam lintas budaya, tentunya ada kebiasaan-kebiasaan yang mirip untuk mempererat persahabatan, pertemanan di Indonesia. Dan itu tidak bisa dinilai dengan uang seberapapun besarnya, persis seperti yang ingin disampaikan God Father di atas.
Sudahkah kita menjalin silaturahmi seperti ajaran agama kita? Untuk mempererat ukhuwah, untuk melancarkan rizki (karena memang itu manfaat dari silaturahmi).
Tentu saja saya tidak ingin menyamakan antara kehidupan Islam Madani dengan kehidupan mafia yang keras dan penuh intrik, akan tetapi untuk setiap kisah dan kejadian, saya yakin ada hikmah yang bisa kita petik.
Selamat bersilaturahmi saudara-saudara